Penelitian Terdahulu Partisipasi Politik

Beberapa penelitian terdahulu terkait topik partisipasi publik :

No.Judul, Nama dan Tahun PenelitianFokus PenelitianMetode PenelitianHasil Penelitian
1Disertasi : Model Partisipasi Politik Warga Jawa Timur Ditinjau dari Kesadaran Politik, Kepercayaan Politik, Orientasi Nilai Sosial, dan Sikap Politik   Akhrani, 2017membangun model teoritik partisipasi politik melalui kesadaran politik, orientasi nilai sosial, kepercayaan politik dan sikap politikKuantitatif  Uji Structural Equation Model (SEM)model teoritik partisipasi politik dihasilkan dari kesadaran politik, orientasi nilai sosial, kepercayaan politik dan sikap politik. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh KPU, partai politik atau pun organisasi politik lainnya dalam meningkatkan partisipasi politik warga negara dengan menggunakan pendekatan psikologi.
2Disertasi : Hakikat Hak Pilih Pada Pemilu Serentak Berdasarkan Suara Sah Nasional Sebagai Indikator Presidential Threshold   Djidar, 2021mengkaji dan menemukan hakikat hak pilih pada pemilihan umum serentak, menelaah implementasi pengaturan hak pilih dalam pemilu serentak, serta menemukan konsep ideal hak pilih dalam sistem presidential threshold pada pemilihan umum serentakHukum Normatif (Yuridis Normatif),Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa, Hakikat hak pilih, merupakan hak mutlak bagi setiap orang atau warga negara yang bersifat pokok dan fundamental dalam pelaksanaan, pemajuan, pemenuhan, jaminan dan perlindungan hak asasi manusia atas hak politik untuk memilih dan dipilih dalam pemilihan umum presiden dan wakil presiden. 2). Pengaturan hak pilih pada pemilu serentak telah diatur dalam peraturan perundang-undangan, baik dalam Undang-Undang Pemilu, Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU), Peraturan Badan Pengawas Pemilu (PERBAWASLU) dan Putusan Mahmah Konstitusi, yang mengejewantahkan hak pilih sebagai kedaulatan tertinggi yang dimiliki oleh setiap warga negara dimana hak warga negara dijamin dalam konstitusi. 3). Konsep ideal pemilu serentak yang akan datang, dapat dibagi menjadi 2 yaitu yang pertama: pemilu nasional yaitu menyatukan pemilihan umum (Presiden, DPR, DPD) dan yang kedua pemilu lokal yang menyatukan pemilihan (Gubernur, Bupati/Walikota, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota). Penyelenggaraan pemilu diawali dengan pemilu nasional untuk memilih Presiden, anggota DPR dan DPD, dan setelah beberapa bulan kemudian diselenggarakan pemilu lokal untuk memilih Gubernur, Bupati/Walikota, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota.K
3Quality of Democracy in Desa Sidodadi Ramunia Through Political Participation of New Voters in the 2024 General Election   Sihombing dan Ivanna, 2024Partisipasi politik pemilih pemula di Desa Sidodadi RamuniaDeksriptif kualitatiflembaga  pemerintah,  institusi pendidikan,  organisasi  masyarakat, dan  media  massa memiliki  peran penting  dalam memberikan pendidikan politik yang komprehensif kepada pemilih pemula. Hal ini dapat dicapai melalui program pendidikan kewarganegaraan, forum terbuka untuk diskusi, dan penyebaran informasi yang akurat serta mudah diakses.  
4THE ROLE OF ELECTORAL CAMPAIGNS IN STRENGTHENING DEMOCRATIC PARTICIPATION (A Case Study of The 2024 Legislative Election In North Sumatra)   Rambe et al., 2024.kampanye elektoral berkontribusi dalam memperkuat partisipasi demokratis pada Pemilu Legislatif 2024 di Sumatera UtaraKualitatifKampanye yang menekankan pada penyampaian informasi, inklusivitas, dan pemanfaatan media sosial terbukti efektif dalam mendorong partisipasi, terutama di kalangan pemuda dan pemilih pemula. Meskipun demikian, tantangan yang terus berlangsung seperti politik uang, penyebaran hoaks, dan lemahnya literasi politik tetap menjadi hambatan dalam peningkatan kualitas demokrasi di tingkat lokal. Oleh karena itu, regulasi kampanye, khususnya yang berkaitan dengan media digital, harus diperkuat, dan kesadaran politik publik perlu ditingkatkan agar pemilih dapat berpikir kritis dan tidak mudah terpengaruh oleh disinformasi maupun politik transaksional.
5Analysis of Political Education Programmes on the Quality of Voter Participation in the 2024 General Election   Wantu dan Djaafar, 2024program pendidikan politik dan dampaknya terhadap tingkat partisipasi pemilih dalam Pemilihan Umum 2024 di Kabupaten BanggaiKualitatif studi kasusprogram pendidikan politik seperti sosialisasi pendidikan pemilih memberikan dampak terhadap partisipasi pemilih, yang tercermin dalam peningkatan angka partisipasi pada Pemilu 2024 sebesar 80,83%, dibandingkan dengan 79,47% pada Pemilu 2019. Meskipun demikian, terdapat beberapa faktor yang menjadi hambatan dalam meningkatkan partisipasi politik, antara lain keterbatasan kemampuan kognitif, afektif, dan evaluatif pemilih, akses informasi yang terbatas, serta kondisi ekonomi yang tidak stabil. Penelitian ini merekomendasikan agar penyelenggara pemilu meningkatkan efektivitas program pendidikan politik dengan melibatkan pemilih secara aktif dalam program tersebut, guna mendorong partisipasi yang lebih optimal.  
6Young People and the 2024 Election: Struggling, Disconnected, and Dissatisfied   Medina et al., 2025Hambatan dan perasaan ketidakpuasan di kalangan pemuda yang tidak memilih dalam Pemilu AS 2024KuantitatifBanyak pemuda tidak memilih karena ketidakpuasan terhadap kandidat, kurangnya informasi / motivasi kampanye, merasa tidak terwakili; walau mayoritas merasakan diri “layak” memilih secara prosedural (Circle Tufts)  
7Youth and the 2024 Election: Likely to Vote and Ready to Drive Action on Key Political Issues   De Guzman dan Medina, 2023  Niat dan motivasi politik pemuda AS menuju Pemilu 2024; isu‑politikal apa yang memicu keterlibatanKuantitatifSekitar 57% pemuda menyatakan “sangat mungkin” akan memilih; isu ekonomi, perubahan iklim, keamanan & lapangan kerja menjadi isu utama yang mendorong motivasi pemuda (Circle Tufts)  
8Identity Collapse? Realignment of Taiwanese Voters in the 2024 Presidential Elections on Social Media   Chang dan Fang, 2023Bagaimana identitas nasional / partisan / isu berbasis media sosial membentuk realignment pilihan pemilih di TaiwanKuantitatif + analisis kontenKandidat alternatif (non‑tradisional) menarik perhatian dari basis yang terpinggirkan secara identitas; kandidat tradisional mendapat perhatian lebih lewat media tradisional & isu geopolitik; referensi dalam kelompok (“in‑group”) menghasilkan engagement lebih tinggi daripada out‑group
9Mapping the Global Election Landscape on Social Media in 2024   Pecile et al., 2025Bagaimana partai politik & media massa menggunakan media sosial selama siklus pemilu 2024 di beberapa negara (Eropa, Meksiko, India) & bagaimana interaksi publik terhadap konten tersebutPCA (principal component analysis), analisis topikKonten yang polarisatif & topik‑sensitif (isu lokal / identitas) memiliki engagement publik lebih tinggi; variasi besar antar negara bagaimana konten disusun & bagaimana publik merespons; media sosial penting sebagai arena debat & mobilisasi, tapi juga buat polarisasi  
102024 Indonesian Presidential Election: How Prabowo Won   Jun, 2024Bagaimana faktor‑politik, struktur, kampanye, dan konstelasi politik membawa kemenangan Prabowo di Pemilu Presiden Indonesia 2024Studi kasus + analisis kontenKemenangan Prabowo dipengaruhi oleh kombinasi strategis antara koalisi partai, citra kandidat, isu keamanan dan ekonomi, serta mobilisasi basis massa; juga oleh kelemahan lawan dan penggunaan strategi komunikasi yang efektif  
11Political Participation Of Beginners In The 2024 General Election In Cirebon City   Alhajmi et al., 2024Peran dan partisipasi pemilih pemula dalam Pemilu 2024 di Kota CirebonKualitatifPemilih pemula menunjukkan berbagai pengalaman & perspektif, keterlibatan dipengaruhi oleh kesadaran politik, akses terhadap informasi, sosial media, dan kepercayaan terhadap proses pemilu
12Strengthening Democracy through Campus: The Influence of Education on Student Political Participation   Sadeli, 2024Pengaruh pendidikan demokrasi terhadap partisipasi politik mahasiswa dalam Pemilu 2024KuantitatifAda korelasi positif sedang antara pendidikan demokrasi dan keterlibatan mahasiswa secara politik; pengetahuan prosedural demokrasi masih relatif lemah
13Politik Identitas dan Partisipasi Politik di Media Sosial: Analisis Model Struktural pada Generasi Z di Kota Malang   Harsono, 2024Bagaimana identitas politik di media sosial mempengaruhi partisipasi politik Gen Z di MalangKuantitatifIdentitas politik sosial di media sosial memiliki pengaruh terhadap partisipasi politik di media sosial; isu identitas dapat memperkuat atau melemahkan partisipasi tergantung konteks identitas tersebut
14Meningkatkan Partisipasi Pemilih dalam Pemilu 2024: Pendekatan Stakeholders Mapping Analysis   Iswanto dan Pamungkas, 2023Pemetaan pihak-pihak berkepentingan (stakeholders) dalam upaya meningkatkan partisipasi pemilih Pemilu 2024KualitatifBanyak pemangku kepentingan berperan penting; pemerintah pusat & daerah menetapkan aturan; penyelenggara, partai politik, media, dan civil society aktif dalam sosialisasi; kolaborasi dibutuhkan untuk meningkatkan partisipasi pemilih
15Partisipasi Politik Pemilih Pemula Pada Pemilihan Umum 2024 Di SMA Swasta GKPI Padang BulanBagaimana pemilih pemula (pelajar) berpartisipasi dalam Pemilu 2024Kualitatif deskriptifPartisipasi pemula mencakup aktif & pasif; ada juga golput; faktor seperti pendidikan politik di sekolah, pemahaman terhadap proses pemilu, dan pengaruh keluarga penting dalam menentukan kecenderungan ikut memilih atau tida
16Gen Z Political Participation in the 2024 Simultaneous Elections   Mulyono, 2024Partisipasi politik Generasi Z dalam Pemilu Serentak 2024Kualitatif deskriptifPartisipasi Gen Z dianggap penting & nyata; Gen Z sebagai pemilih pemula menunjukkan peningkatan pemahaman & keterlibatan; tetap ada tantangan dalam akses & motivasi politik
17Partisipasi Politik Perempuan dalam Pemilu Kada 2024 di Provinsi Lampung   Lestari dan Zein, 2024.Partisipasi politik perempuan & representasi dalam Pemilu Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di LampungKualitatif deskriptifPartisipasi perempuan masih terbatas; representasi belum sebanding dengan proporsi; ada hambatan struktural & kultural; perlunya kebijakan afirmatif & peningkatan akses terhadap peluang politik bagi perempua
18Voter Evaluations of Youth Politicians: A Conjoint Experiment … in Japan   Saito, 2025Bagaimana publik di Jepang memandang calon politisi yang masih muda; efek usia calon terhadap evaluasi pemilihExperiment conjointTerdapat penerimaan publik terhadap politisi muda lebih tinggi dari yang diduga; aspek usia calon mempengaruhi preferensi pemilih; namun faktor seperti kredibilitas, pengalaman juga diperhitungkan
19Navigating through Educational Pathways to Political Participation   Afzal et al., 2025Pengaruh tingkat pendidikan, ideologi, identitas partisan, demografi terhadap niat memilih dan partisipasi dalam pemilu di AS (data historis)KualitatifPendidikan ditemukan sebagai prediktor kuat partisipasi; identitas partisan & ideologi juga signifikan; meskipun beberapa kelompok (misalnya perempuan & minoritas spesifik) menghadapi hambatan dalam “merealisasikan” niat mereka
20Influence of Narrative and Dramatized Political Content on 2024 Regional Election Participation   Utami dan Wahid, 2024Pengaruh narasi dan elemen dramatisasi dalam konten politik terhadap partisipasi masyarakat dalam Pilkada Barito Timur (2024)KuantitatifNarasi yang terkait isu lokal & dramatisasi emosional meningkatkan diskusi politik dan motivasi untuk menggunakan hak pilih dalam Pilkad

Empirical Gap :

Meskipun kajian tentang partisipasi politik telah mengalami perkembangan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir, masih terdapat sejumlah kesenjangan empiris yang perlu diperhatikan. Pertama, terdapat kurangnya integrasi variabel dalam konteks aktual. Sebagian besar penelitian yang dianalisis masih berfokus pada satu aspek spesifik dari partisipasi politik tanpa mempertimbangkan keterkaitan antar faktor yang lebih kompleks. Misalnya, penelitian tentang pendidikan politik (Wantu & Djaafar, 2024; Sadeli, 2024), kampanye elektoral (Rambe et al., 2024; Utami & Wahid, 2024), identitas politik (Harsono, 2024; Chang & Fang, 2023), serta pemilih pemula (Alhajmi, 2024; Purba & Pinem, 2024; Mulyono, 2024), masih berdiri sendiri-sendiri sebagai fokus kajian. Padahal, dalam realitas sosial-politik saat ini—khususnya dalam konteks generasi muda—dimensi-dimensi tersebut sering kali saling beririsan dan saling memengaruhi. Hingga saat ini, belum ada studi yang secara komprehensif mengintegrasikan pendidikan politik, strategi kampanye digital, dan identitas politik ke dalam satu model konseptual yang utuh mengenai keterlibatan politik generasi muda secara kontemporer.

Kedua, terdapat keterbatasan dari segi cakupan geografis dan pendekatan analitis. Sebagian besar studi yang ada masih bersifat lokalitas sempit, hanya mengambil setting penelitian pada desa, kota, sekolah, atau provinsi tertentu. Pendekatan seperti ini tentu bermanfaat untuk konteks mikro, namun tidak cukup untuk menangkap dinamika partisipasi politik dalam skala yang lebih luas. Sampai saat ini, belum banyak ditemukan pendekatan lintas wilayah atau studi komparatif regional yang secara sistematis membandingkan efektivitas program pendidikan politik atau pola kampanye di berbagai daerah. Terlebih lagi, belum terdapat kajian yang secara khusus menggunakan data nasional Pemilu 2024 sebagai basis evaluasi, khususnya dalam melihat partisipasi kelompok pemilih strategis seperti generasi Z, perempuan, dan pemilih pemula yang memainkan peran krusial dalam konstelasi politik terbaru.

Ketiga, masih minimnya eksplorasi terhadap variabel-variabel baru yang muncul dalam dinamika partisipasi politik kontemporer. Misalnya, studi tentang narasi dan dramatisasi dalam konten politik digital, seperti yang dilakukan oleh Utami & Wahid (2024), memberikan kontribusi menarik dalam memahami bagaimana emosi dan storytelling memengaruhi persepsi pemilih. Namun demikian, studi seperti ini masih sangat terbatas dan belum mendapatkan perhatian lebih luas dari peneliti lainnya. Hal serupa terjadi pada kajian tentang kredibilitas kandidat muda yang baru dieksplorasi dalam konteks luar negeri, seperti oleh Saito (2025) di Jepang, namun belum ada upaya yang cukup untuk mengkaji fenomena serupa dalam konteks Indonesia, terutama dalam suasana politik pasca-Pemilu 2024.

Keseluruhan gap ini menunjukkan bahwa terdapat ruang yang luas untuk memperluas perspektif, memperkaya model teoritik, serta mengembangkan metodologi riset yang lebih holistik dan lintas dimensi dalam studi partisipasi politik, khususnya yang menyasar kelompok pemilih muda di era digital saat ini.

Theoretical Gap :

Dalam tinjauan literatur yang dilakukan, ditemukan adanya kekosongan teoritik yang cukup signifikan dalam kajian mengenai partisipasi politik, khususnya dalam konteks generasi muda. Pertama, model teoritik partisipasi politik yang tersedia masih sangat terbatas. Dari berbagai studi yang dianalisis, hanya sedikit yang secara eksplisit membangun model konseptual yang menjelaskan hubungan antara faktor-faktor psikologis, sosial, dan struktural yang memengaruhi partisipasi politik. Salah satu pengecualian adalah studi oleh Akhrani (2017) yang menawarkan model partisipasi politik berbasis pendekatan psikologis, mencakup dimensi kesadaran politik, orientasi nilai, dan tingkat kepercayaan politik. Namun, di luar itu, sebagian besar penelitian masih bersifat deskriptif atau hanya menganalisis satu-dua variabel tanpa mengembangkan model relasional yang komprehensif.

Kedua, terdapat keterbatasan dalam pendekatan interdisipliner yang digunakan dalam studi-studi terdahulu. Analisis mengenai partisipasi politik umumnya dibatasi oleh kerangka teori dari disiplin tunggal—baik itu dari ilmu politik, psikologi politik, maupun komunikasi massa. Ketiga bidang tersebut cenderung berdiri sendiri tanpa upaya integrasi konseptual. Padahal, mengingat kompleksitas partisipasi politik generasi muda di era digital, diperlukan pendekatan teoritik yang lebih holistik. Sampai saat ini belum ada kajian yang secara sistematis memadukan elemen-elemen dari media studies, youth studies, dan civic engagement theory untuk membentuk pemahaman menyeluruh tentang bagaimana anak muda berinteraksi, terlibat, dan membentuk sikap politik mereka dalam ruang digital maupun ruang sosial nyata.

Ketiga, masih minimnya penerapan teori-teori kontemporer yang sebenarnya sangat relevan untuk menjelaskan fenomena politik masa kini. Beberapa teori seperti literasi digital politik, engagement online, hingga konsep filter bubble dan echo chamber yang timbul akibat algoritma media sosial, belum banyak digunakan sebagai landasan teoritik dalam studi partisipasi politik, terutama yang menyasar generasi Z atau pemilih muda. Padahal, konteks digital telah menjadi ruang utama bagi interaksi dan ekspresi politik generasi ini. Ketiadaan teori-teori tersebut dalam kerangka kajian menyebabkan banyak penelitian kehilangan relevansi terhadap dinamika politik digital yang sangat cepat berubah.

Oleh karena itu, terdapat kebutuhan mendesak untuk mengembangkan model teoritik baru yang lebih adaptif terhadap realitas kontemporer, dengan memanfaatkan pendekatan interdisipliner dan teori-teori mutakhir yang mampu menjelaskan keterlibatan politik generasi muda secara lebih utuh, baik dari aspek psikologis, sosiologis, maupun digital.

Methodological Gap

Dari tinjauan terhadap 200 artikel terpilih mengenai partisipasi politik yang dipublikasikan dalam rentang 2015–2020, ditemukan adanya kesenjangan metodologis yang cukup mencolok dalam pendekatan penelitian yang digunakan. Pertama, terdapat dominasi penggunaan metode kualitatif deskriptif dan studi kasus dalam mayoritas publikasi, seperti terlihat dalam studi-studi oleh Mulyono, Alhajmi, serta Purba & Pinem. Meskipun metode ini memberikan pemahaman kontekstual yang kaya terhadap dinamika partisipasi politik, namun masih terdapat kekurangan dari segi kemampuan untuk menggeneralisasi hasil dan mengukur hubungan kausal antar variabel. Hanya sedikit penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif eksplanatif atau eksperimen, yang sebenarnya penting untuk menguji dampak langsung dari variabel-variabel seperti pendidikan politik, eksposur terhadap kampanye digital, atau kredibilitas kandidat terhadap perilaku memilih, khususnya di kalangan generasi muda.

Kedua, sangat minim penggunaan pendekatan campuran (mixed methods) dalam penelitian-penelitian terdahulu. Padahal, kombinasi antara survei kuantitatif dan eksplorasi kualitatif seperti wawancara mendalam atau forum diskusi kelompok (FGD) sangat potensial untuk memberikan pemahaman yang lebih menyeluruh. Misalnya, survei dapat mengukur tingkat partisipasi dan korelasi antar variabel secara statistik, sementara wawancara dapat menggali motif, persepsi, dan nilai-nilai subjektif di balik partisipasi tersebut. Namun, pendekatan holistik semacam ini masih belum banyak digunakan dalam studi-studi lokal, yang cenderung mengandalkan satu pendekatan saja.

Ketiga, terdapat keterbatasan signifikan dalam pemanfaatan data dan analisis media sosial sebagai sumber informasi dan alat ukur perilaku politik digital. Beberapa studi internasional seperti oleh Pecile et al. (2025) dan Chang & Fang (2023) telah mulai menggunakan teknik analisis konten sosial media dan pendekatan statistik lanjutan seperti Principal Component Analysis (PCA) untuk mengidentifikasi pola-pola kampanye serta respons publik secara real-time. Namun, pendekatan ini masih jarang diadopsi oleh studi-studi dalam konteks Indonesia. Padahal, mengingat dominasi media sosial sebagai kanal komunikasi politik di kalangan Gen Z dan milenial, metode ini seharusnya menjadi alat penting dalam menganalisis efektivitas kampanye digital dan pola interaksi politik daring. Ketidakmaksimalan ini menunjukkan masih adanya jarak antara realitas digital dengan pendekatan riset yang digunakan oleh para peneliti lokal.

Secara keseluruhan, gap metodologis ini membuka peluang untuk mengembangkan studi yang lebih kuat secara desain riset, baik melalui eksperimen, mixed methods, maupun integrasi big data dari media sosial, guna menghasilkan temuan yang lebih relevan dan aplikatif terhadap dinamika partisipasi politik di era digital.

Novelty yang Dapat Dikembangkan

Berdasarkan hasil analisis terhadap kesenjangan empiris, teoritis, dan metodologis dalam literatur partisipasi politik, terdapat beberapa potensi kebaruan (novelty) yang dapat dikembangkan dalam penelitian lanjutan. Pertama, dari sisi konseptual, diperlukan pengembangan model teoritis baru yang mampu menangkap kompleksitas partisipasi politik generasi muda dalam konteks digital. Model ini dapat mengintegrasikan berbagai variabel penting yang selama ini masih dikaji secara terpisah, seperti pendidikan politik, literasi digital politik, strategi kampanye media sosial, identitas politik (gender, generasi, afiliasi ideologis), serta tingkat kepercayaan terhadap lembaga politik dan kandidat. Pendekatan ini tidak hanya memperkaya kerangka teoritik yang ada, tetapi juga memberikan pemahaman yang lebih utuh terhadap faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi politik digital di kalangan Gen Z.

Kedua, dari aspek metodologi, studi ini menawarkan kebaruan melalui penggunaan pendekatan mixed methods, yaitu kombinasi antara kuantitatif dan kualitatif. Survei akan digunakan untuk mengukur tingkat partisipasi, literasi politik, dan pengaruh kampanye terhadap niat memilih secara statistik, sementara wawancara mendalam dan FGD akan menggali lebih dalam mengenai pengalaman, persepsi, dan motivasi partisipasi politik dari perspektif individu. Selain itu, akan dilakukan analisis konten kampanye politik di media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube untuk memahami gaya komunikasi yang digunakan, termasuk penggunaan narasi, visualisasi, dan dramatisasi, serta bagaimana strategi ini memengaruhi keterlibatan pemilih muda.

Ketiga, kebaruan lainnya terletak pada fokus yang spesifik terhadap Gen Z, yakni kelompok pemilih yang lahir dan tumbuh dalam era digital. Penelitian ini akan mengeksplorasi bagaimana Gen Z mengakses informasi politik, berinteraksi dengan konten kampanye, serta membentuk preferensi politik melalui peer group dan media sosial. Perspektif ini penting karena perilaku politik Gen Z cenderung berbeda dibandingkan generasi sebelumnya, baik dari sisi media yang digunakan maupun pola pikir terhadap isu politik dan demokrasi.

Keempat, penelitian ini juga akan memberikan kontribusi praktis dengan melakukan evaluasi terhadap program-program pendidikan pemilih yang dilakukan oleh KPU, partai politik, maupun organisasi masyarakat sipil (NGO). Melalui studi ini, dapat dinilai sejauh mana efektivitas program tersebut dalam meningkatkan kesadaran dan partisipasi politik pemilih pemula. Tidak hanya itu, pendekatan studi komparatif antar wilayah (misalnya berdasarkan tingkat urbanisasi, akses internet, atau penetrasi media sosial) juga akan dilakukan untuk memahami variasi keterlibatan politik lintas konteks geografis dan sosio-kultural.

Dengan menawarkan integrasi teoritis, inovasi metodologis, fokus pada kelompok strategis pemilih muda, serta relevansi praktis terhadap program pemilu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan ilmu sosial-politik kontemporer dan praktik demokrasi yang lebih inklusif serta adaptif terhadap era digital.

Daftar Pustaka (APSA) :

Afzal, Muhammad Hassan Bin, Paula Daniela Ganga, Oindrila Roy, dan Kristina Thompson. 2025. “Navigating through Educational Pathways to Political Participation: A Multi-theoretical Exploration of Voting Behaviors.” arXiv preprint arXiv:2504.20085.

Akhrani, Lusy Asa. 2017. “Model partisipasi politik warga Jawa Timur ditinjau dari kesadaran politik, kepercayaan politik, orientasi nilai sosial, dan sikap politik.” Disertasi S3. Universitas Airlangga.

Alhajmi, Muhammad Fathur, Nia Kurnia Rizqiya Berampu, Iskandar Zulkarnaen, dan Moh Sutarjo. 2024. “Political Participation Of Beginners In The 2024 General Election In Cirebon City.” Edunity: Social and Educational Studies 3(7): 576–83.

Chang, Ho-Chun Herbert, dan Sunny Fang. 2023. “Identity Collapse? Realignment of Taiwanese Voters in the 2024 Presidential Elections on Social Media.” arXiv preprint arXiv:2310.07739.

Djidar, Haedar. 2021. “Hakikat Hak Pilih Pada Pemilu Serentak Berdasarkan Suara Sah Nasional Sebagai Indikator Presidential Threshold.” Disertasi S3. Universitas Hasanuddin.

de Guzman, Peter, dan Alberto Medina. 2023. “Youth and the 2024 election: likely to vote and ready to drive action on key political issues.” Circle.(November 2023) https://circle. tufts. edu/2024-election-youth-poll.

Harsono, Harun. 2023. “Politik identitas dan partisipasi politik di media sosial: Analisis model struktural pada generasi Z di Kota Malang.” Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia 4(2): 166–87.

Iswanto, Denny, dan Dewi Bayu Pamungkas. 2023. “Meningkatkan Partisipasi Pemilih dalam Pemilu 2024: Pendekatan Stakeholders Mapping Analysis.” Jurnal Adhyasta Pemilu 6(1): 15–28.

Jun, Honna. 2024. “2024 Indonesian Presidential Election: How Prabowo Won.” Asia-Pacific Review 31(2): 105–16.

LESTARI, SUCI, dan Kiki Fitriani Ali Zein. 2024. “PARTISIPASI POLITIK PEREMPUAN DALAM PEMILU KADA 2024 DI PROVINSI LAMPUNG: Women’s Political Participation in the 2024 Elections (Regional Head Elections) in Lampung Province.” Pelita: Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah 24(2): 47–59.

Medina, Alberto, Kelly Siegel-Stechler, dan Sara Suzuki. 2025. “Young People and the 2024 Election: Struggling, Disconnected, and Dissatisfied.” Tufts Center for Information and Research on Civic Learning and Engagement.

Mulyono, Agus. 2024. “Gen Z Political Participation in the 2024 Simultaneous Elections.” Jurnal Info Sains: Informatika dan Sains 14(01): 1099–1107.

Pecile, Giulio, Niccolò Di Marco, Matteo Cinelli, dan Walter Quattrociocchi. 2025. “Mapping the global election landscape on social media in 2024.” PloS one 20(2): e0316271.

Rambe, Ahmad Sampurna, Latifah Rahmawati, Defi Nurfajaria, Raysa Finarik Rambe, dan Fauzi Iqbal. 2025. “THE ROLE OF ELECTORAL CAMPAIGNS IN STRENGTHENING DEMOCRATIC PARTICIPATION (A Case Study of The 2024 Legislative Election In North Sumatra).” Communicative: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam 6(1): 135–41.

Sadeli, Elly Hasan. 2025. “Strengthening Democracy through Campus: The Influence of Education on Student Political Participation.” QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama 17(1): 99–110.

Saito, Hiroharu. 2025. “Voter Evaluations of Youth Politicians: A Conjoint Experiment of Candidates’ Young Age in Japan.” Journal of Applied Youth Studies: 1–20.

Sihombing, Frans Togu, dan Julia Ivanna. 2024. “Quality of Democracy in Des Sidodadi Ramunia Through Political Participation of New Voters in the 2024 General Election.” Ampera: A Research Journal on Politics and Islamic Civilization 5(03): 165–71.

Wantu, Sastro M, dan Lucyane Djaafar. 2024. “Analysis of Political Education Programmes on the Quality of Voter Participation in the 2024 General Election.” Journal of Law, Politic and Humanities 5(2): 1098–1109.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 comment