Bibliometrik Inflasi Ekonomi Vos Viewer

Inflasi merupakan salah satu isu ekonomi yang paling mendapat perhatian, baik dalam tataran akademik maupun kebijakan publik. Fenomena ini tidak hanya memengaruhi stabilitas harga dan daya beli masyarakat, tetapi juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan, serta kesejahteraan sosial secara luas. Oleh karena itu, penelitian mengenai inflasi telah berkembang menjadi salah satu bidang kajian yang kaya dengan perspektif, mulai dari aspek makroekonomi, moneter, fiskal, hingga sosial politik.

Seiring dengan meningkatnya kompleksitas permasalahan inflasi di berbagai negara, jumlah publikasi ilmiah yang membahas tema ini juga menunjukkan tren pertumbuhan yang signifikan. Kajian bibliometrik menjadi penting dilakukan untuk memetakan perkembangan penelitian terkait inflasi, mengidentifikasi topik-topik dominan, tren publikasi, kolaborasi antar penulis maupun lembaga, serta arah perkembangan riset di masa depan. Melalui pendekatan ini, dapat diperoleh gambaran yang lebih komprehensif mengenai bagaimana literatur akademik membingkai persoalan inflasi, teori apa yang paling sering digunakan, dan metodologi apa yang mendominasi kajian.

Dengan demikian, analisis bibliometrik penelitian mengenai inflasi tidak hanya memberikan kontribusi dalam memahami lanskap akademik di bidang ekonomi, tetapi juga menjadi dasar bagi pengembangan kebijakan berbasis penelitian. Hasil kajian ini diharapkan mampu memberikan peta ilmiah yang jelas mengenai bagaimana pengetahuan tentang inflasi dibangun, berkembang, dan berimplikasi terhadap praktik kebijakan ekonomi di berbagai negara.

Data dokumen jurnal diperoleh dari basis data Scopus menggunakan kata kunci utama “inflasi (inflation)” dan “inflasi ekonomi (economic inflation)”. Pencarian awal menghasilkan 200 dokumen yang menjadi populasi awal kajian bibliometrik ini. Untuk memastikan fokus pada kajian ekonomi dan kualitas empiris, dilakukan proses penyaringan dengan dua kriteria utama: (1) relevansi topik, hanya artikel yang membahas inflasi dalam keterkaitan ekonomi makro, kebijakan moneter, ekspektasi, atau sektor riil yang dipertimbangkan; dan (2) dampak sitasi, hanya artikel yang memiliki minimal 10 sitasi sejak publikasinya yang dimasukkan, sebagai indikator relevansi dan pengaruh akademik. Melalui proses penyaringan ini (screening judul & abstrak lalu telaah teks), tersisa 49 dokumen jurnal terpilih yang menjadi basis analisis bibliometrik selanjutnya.

Network Visualization Penelitian Inflasi

Visualisasi jaringan ini menggambarkan keterkaitan antar-topik penelitian yang berhubungan dengan inflasi dalam konteks ekonomi. Node “inflasi” (inflation) muncul sebagai pusat (hub) utama dengan jumlah tautan (links) yang paling banyak, menandakan perannya sebagai konsep inti dalam kajian ini. Node ini terhubung erat dengan topik penting lain seperti inflation expectations, exchange rate, oil prices, economic growth, dan monetary policy, yang menunjukkan bahwa studi inflasi sangat multidimensional, mencakup aspek moneter, energi, pertumbuhan ekonomi, dan ekspektasi masyarakat.

Cluster jaringan terbagi ke dalam beberapa kelompok tematik. Misalnya:

  • Cluster ekspektasi inflasi (93, inflation expectations) berhubungan dengan topik seperti consumer price expectations, communication channels, dan household spending, yang menyoroti peran perilaku konsumen, media, dan penyebaran informasi dalam membentuk ekspektasi harga.
  • Cluster energi dan harga komoditas mengaitkan inflasi dengan oil price shocks, gasoline prices, dan gold sebagai aset lindung nilai, menandakan pentingnya sektor energi dan komoditas dalam memengaruhi stabilitas harga.
  • Cluster kebijakan moneter melibatkan monetary policy, federal reserve, domestic inflation, serta instrumen kebijakan seperti zero lower bound dan effective lower bound, menggambarkan bagaimana bank sentral memitigasi tekanan inflasi.
  • Cluster global dan regional menghubungkan ASEAN-5, China’s inflation, dan U.S. inflation, yang menegaskan sifat lintas-negara dari isu inflasi.
  • Cluster metodologis (misalnya ARDL, DSGE model, VAR, panel data) menunjukkan penggunaan beragam model ekonometrika untuk menganalisis inflasi dan faktor-faktor yang memengaruhinya.

Tren temporal juga terlihat: topik klasik seperti Phillips Curve dan consumer price index muncul sejak pertengahan 2010-an, sementara isu kontemporer seperti cryptocurrencies, COVID-19 pandemic, media influence, dan inflation-hedging muncul lebih dominan di sekitar tahun 2020–2022. Hal ini mengindikasikan adanya pergeseran fokus penelitian ke arah dampak digitalisasi, krisis global, dan ketidakpastian ekonomi terbaru.

Secara keseluruhan, jaringan penelitian ini menegaskan bahwa studi inflasi ekonomi berkembang dalam tiga dimensi besar: (1) teori dan model makroekonomi, (2) faktor eksternal seperti harga energi dan guncangan global, serta (3) aspek perilaku dan ekspektasi konsumen.

Network visualization penelitian inflasi berdasarkan warna Cluster pada gambar:

🔴 Cluster Merah – Inflation dan Makroekonomi

Warna merah berpusat pada inflation yang terhubung erat dengan oil prices, DSGE model, financial frictions, serta deteriorating items. Kelompok ini mencerminkan penelitian inflasi dari sisi fundamental makroekonomi: harga energi, model ekonomi dinamis, dan faktor struktural yang memengaruhi pergerakan harga.

🟢 Cluster Hijau – Regional dan Kebijakan

Node ASEAN-5 dan keterkaitannya dengan monetary policy menjadi ciri Cluster hijau. Topik ini menyoroti konteks regional (kawasan Asia Tenggara) serta peran kebijakan moneter dalam mengendalikan inflasi lintas negara.

🟣 Cluster Ungu – Ekspektasi Inflasi

Warna ungu berpusat pada inflation expectations, node terbesar kedua setelah inflation. Terhubung dengan consumer price expectations dan monetary policy, Cluster ini menggambarkan dimensi ekspektasi masyarakat dan bagaimana kebijakan moneter memengaruhi persepsi terhadap inflasi.

🔵 Cluster Biru – Perilaku dan Psikologis

Terletak di sisi kanan, warna biru berhubungan dengan age-dependent updating dan beberapa node kecil lain. Kelompok ini menekankan penelitian tentang perilaku konsumen dan rumah tangga, khususnya bagaimana pengalaman hidup dan faktor psikologis memengaruhi pembentukan ekspektasi inflasi.

🟡 Cluster Kuning – Metodologi Statistik

Node seperti variance inflation factor dan collinearity membentuk Cluster kuning. Topik ini mencerminkan pendekatan metodologis dan alat analisis statistik-ekonometrika yang digunakan untuk menguji model inflasi.

🟠 Cluster Oranye – Modeling & Budgeting

Terkait dengan budget estimation, Cluster oranye menekankan penerapan model perhitungan biaya dan perencanaan dalam konteks inflasi. Ia beririsan dengan Cluster merah, menandakan hubungan antara teori inflasi dan aplikasi praktis dalam ekonomi sektor riil.

🟤 Cluster Cokelat – Aset dan Friksi Finansial

Node bitcoin dan financial frictions berada di kelompok cokelat. Ini menandakan dimensi baru dalam studi inflasi, yakni inovasi keuangan dan kendala finansial sebagai faktor penting yang memengaruhi stabilitas harga.

🟦 Cluster Biru Muda – Emas sebagai Lindung Nilai

Cluster biru muda berpusat pada gold yang terhubung dengan bitcoin dan GARCH. Tema ini menyoroti peran emas sebagai safe haven dan instrumen lindung nilai inflasi, termasuk kaitannya dengan aset digital serta teknik peramalan volatilitas

Overlay Visualization Penelitian Inflasi

A computer screen shot of a network

AI-generated content may be incorrect.

Hasil overlay visualization menunjukkan bahwa jaringan penelitian mengenai inflasi didominasi oleh node besar “inflation” dan “inflation expectations” yang menjadi pusat perhatian kajian. Warna dalam visualisasi merepresentasikan kronologi publikasi, mulai dari ungu tua (sekitar 2016) hingga kuning terang (sekitar 2022). Dengan demikian, pola ini memberikan gambaran yang jelas mengenai dinamika temporal perkembangan tema penelitian inflasi.

Pada periode awal (2016–2017), fokus penelitian masih banyak berkaitan dengan aspek metodologis dan makroekonomi klasik. Topik seperti variance inflation factor, collinearity, serta model statistik/ekonometrika seperti GARCH menonjol. Di sisi lain, DSGE model, financial frictions, dan isu harga minyak menjadi bagian penting dari analisis makroekonomi fundamental. Fase ini menunjukkan bahwa penelitian inflasi masih berorientasi pada pengembangan model dan perangkat analisis untuk memahami mekanisme dasar inflasi.

Memasuki periode menengah (2018–2020), arah penelitian mulai mengalami pergeseran. Topik-topik yang muncul lebih menekankan pada dimensi regional dan kebijakan, seperti ASEAN-5, monetary policy, dan oil price shocks. Selain itu, mulai muncul pula pembahasan mengenai age-dependent updating, yang menandakan berkembangnya perspektif perilaku dalam memahami ekspektasi inflasi. Dengan kata lain, riset pada fase ini tidak hanya berhenti pada model makro semata, melainkan mulai memperhatikan konteks kebijakan dan faktor perilaku individu maupun kelompok.

Pada tahap yang lebih mutakhir (2021–2022), penelitian inflasi semakin berkembang dengan memasukkan isu-isu kontemporer dan behavioral. Topik seperti consumer price expectations serta keterkaitannya dengan inflation expectations menjadi sorotan utama. Selain itu, munculnya penelitian mengenai bitcoin dan gold mengindikasikan perhatian terhadap inflasi dalam kaitannya dengan aset lindung nilai, baik digital maupun tradisional. Isu seperti budget estimation dan aspek praktis lain juga menguat, memperlihatkan keterkaitan inflasi dengan sektor riil secara lebih langsung.

Secara umum, visualisasi ini menggambarkan evolusi penelitian inflasi dari fokus awal yang menekankan pembangunan model ekonometrika dan teori makroekonomi (2016–2017), menuju isu kebijakan moneter dan regional (2018–2020), hingga ke arah isu ekspektasi, perilaku konsumen, serta peran aset keuangan modern (2021–2022). Artinya, riset inflasi tidak lagi terbatas pada tataran teoritis, tetapi semakin menekankan aspek persepsi, ekspektasi, serta instrumen lindung nilai yang relevan dengan dinamika ekonomi kontemporer.

Density Visualization Penelitian Inflasi

Hasil density visualization memperlihatkan pola kepadatan topik penelitian inflasi yang ditunjukkan melalui variasi warna. Area dengan warna hijau hingga kuning menandakan konsentrasi penelitian yang tinggi, sedangkan warna yang lebih redup menunjukkan topik dengan intensitas penelitian yang relatif lebih rendah.

Pada bagian pusat, terlihat bahwa istilah inflation menjadi titik dengan kepadatan tertinggi. Hal ini menegaskan bahwa inflasi merupakan fondasi utama dalam literatur, sekaligus menjadi acuan yang selalu hadir dalam berbagai diskusi akademik. Di samping itu, inflation expectations juga menempati posisi kepadatan tinggi, yang memperlihatkan pentingnya dimensi ekspektasi masyarakat dan pelaku ekonomi dalam memahami dinamika inflasi. Kedua istilah tersebut membentuk poros utama dalam lanskap penelitian.

Di sekitar pusat kepadatan tersebut, terdapat zona dengan intensitas menengah yang ditandai oleh warna kuning-hijau muda. Topik-topik yang muncul di area ini meliputi oil prices, DSGE model, dan financial frictions yang berfokus pada mekanisme makroekonomi serta dinamika model analisis. Selanjutnya, monetary policy dan consumer price expectations memperlihatkan keterkaitan yang erat antara kebijakan moneter dan pembentukan ekspektasi inflasi. Sementara itu, kehadiran gold dan bitcoin menunjukkan semakin berkembangnya penelitian tentang peran aset tradisional maupun digital sebagai instrumen lindung nilai terhadap inflasi.

Selain pusat dan zona menengah, terdapat pula beberapa topik dengan kepadatan spesifik yang terletak agak terpisah dari inti, namun tetap signifikan. Misalnya, variance inflation factor dan collinearity menegaskan pentingnya dimensi metodologis dan analisis ekonometrika dalam kajian inflasi. Budget estimation memperlihatkan keterkaitan inflasi dengan perencanaan ekonomi praktis di sektor riil. Sementara itu, age-dependent updating mengindikasikan perhatian terhadap perilaku konsumen atau rumah tangga dalam membentuk ekspektasi inflasi berdasarkan faktor demografis.

Secara akademik, visualisasi ini menunjukkan bahwa penelitian bertema inflasi terpusat pada dua poros besar: pertama, analisis inflasi sebagai fenomena makroekonomi yang dipengaruhi harga energi, model dinamis, dan faktor struktural; kedua, ekspektasi inflasi dan perilaku ekonomi yang mencakup kebijakan moneter, konsumen, serta instrumen lindung nilai. Di samping itu, dukungan dari penelitian metodologis berbasis ekonometrika serta tema baru seperti aset kripto semakin memperkaya pemahaman tentang inflasi dalam konteks ekonomi modern.

Celah Penelitian

Meskipun penelitian mengenai inflasi terus berkembang, hasil bibliometrik menunjukkan bahwa masih terdapat sejumlah celah penelitian yang dapat dijadikan pijakan untuk kajian lebih lanjut. Pertama, pada ranah inflasi dan keuangan digital, topik terkait bitcoin mulai mendapatkan perhatian, tetapi kajian mengenai hubungan inflasi dengan inovasi keuangan digital yang lebih luas masih sangat terbatas. Isu seperti fintech, stablecoin, central bank digital currency (CBDC), maupun ekosistem keuangan digital lain belum banyak dieksplorasi secara mendalam, padahal potensi keterkaitannya dengan stabilitas harga dan sistem moneter sangat besar.

Kedua, dalam aspek perilaku sosial terhadap inflasi, penelitian tentang inflation expectations memang telah berkembang cukup signifikan. Namun, dimensi baru yang berkaitan dengan pengaruh media sosial, misinformation, serta tingkat literasi keuangan masyarakat masih jarang disentuh. Padahal, di era digital, faktor-faktor tersebut dapat secara cepat membentuk persepsi publik dan memengaruhi perilaku ekonomi yang berimplikasi pada dinamika inflasi.

Ketiga, penelitian mengenai inflasi dalam konteks krisis global juga masih relatif baru. Pandemi COVID-19, guncangan geopolitik seperti perang dan konflik energi, serta dampak krisis iklim membuka ruang penelitian yang luas mengenai ketahanan ekonomi terhadap inflasi akibat tekanan global. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk memahami bagaimana berbagai negara merespons dan menyesuaikan kebijakan moneter maupun fiskal mereka di tengah situasi ketidakpastian global.

Keempat, terdapat pula celah penelitian pada dimensi inflasi regional dan negara berkembang. Sebagian besar literatur yang ada masih berfokus pada kawasan ASEAN-5 dan negara maju, sementara konteks negara berkembang lain, seperti di Afrika, Amerika Latin, atau Asia Selatan, belum banyak mendapat perhatian. Padahal, karakteristik inflasi di wilayah tersebut kerap dipengaruhi oleh faktor pangan, struktur pasar informal, serta ketidakstabilan institusi ekonomi yang berbeda dari negara maju.

Terakhir, dari segi metodologi, penelitian inflasi masih banyak mengandalkan pendekatan klasik seperti DSGE, VAR, ARDL, atau GARCH. Celah terbuka lebar untuk menerapkan metode analisis baru, seperti machine learning, big data analytics, maupun sentiment analysis dari media daring atau media sosial untuk memprediksi inflasi dengan lebih adaptif. Integrasi metode ini berpotensi menghasilkan model yang lebih akurat dan responsif terhadap dinamika ekonomi yang semakin kompleks.

Dengan demikian, meskipun peta penelitian inflasi sudah cukup kaya, masih terdapat ruang luas bagi pengembangan studi baru, baik dari sisi tematik, kontekstual, maupun metodologis.

Gambaran Novelty / Kebaharuan Penelitian

Dalam konteks kajian inflasi, terdapat sejumlah peluang kebaharuan yang dapat dikembangkan sebagai kontribusi ilmiah baru. Pertama, integrasi inflasi dengan aset digital menjadi salah satu jalur penelitian yang sangat potensial. Selama ini pembahasan mengenai lindung nilai inflasi lebih banyak menekankan pada emas atau aset tradisional lainnya. Namun, di era keuangan digital, penelitian mengenai peran bitcoin, stablecoin, maupun aset kripto lain sebagai instrumen lindung nilai inflasi dalam jangka panjang masih relatif terbatas. Pendekatan ini dapat memperluas horizon literatur inflasi sekaligus memberikan pemahaman baru tentang stabilitas moneter di era digital finance.

Kedua, terdapat peluang untuk mengeksplorasi hubungan antara inflasi dan media sosial. Analisis sentimen dari platform digital seperti Twitter, Facebook, atau TikTok berpotensi membuka perspektif baru mengenai bagaimana persepsi masyarakat terhadap inflasi terbentuk dan menyebar. Kajian semacam ini dapat menjembatani fenomena makroekonomi dengan perilaku digital masyarakat modern, serta menjelaskan peran misinformation dan literasi keuangan dalam memengaruhi inflation expectations.

Ketiga, isu inflasi dalam kaitannya dengan perubahan iklim (climate change) juga dapat menjadi novelty penting. Fenomena greenflation, yakni tekanan inflasi yang timbul akibat kebijakan transisi energi, harga karbon, dan perubahan iklim, masih jarang ditelaah secara sistematis. Padahal, dinamika ini semakin relevan seiring meningkatnya komitmen global terhadap keberlanjutan dan energi hijau.

Keempat, terdapat peluang kajian yang lebih dalam mengenai inflasi dan ketimpangan sosial. Hubungan inflasi dengan distribusi pendapatan, tingkat kemiskinan, serta struktur kelas sosial masih relatif jarang disentuh, khususnya dalam konteks negara berkembang. Penelitian di bidang ini tidak hanya akan memperkaya literatur inflasi, tetapi juga memberikan kontribusi nyata terhadap kebijakan sosial-ekonomi.

Terakhir, dari sisi metodologi, pengembangan hybrid modeling menjadi kebaruan yang menarik. Integrasi antara pendekatan ekonometrika klasik (seperti VAR atau DSGE) dengan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) atau machine learning (misalnya LSTM, Random Forest, maupun natural language processing untuk analisis ekspektasi inflasi) berpotensi menghasilkan model yang lebih adaptif, prediktif, dan sesuai dengan kompleksitas ekonomi kontemporer.

Dengan demikian, kebaharuan penelitian tentang inflasi dapat diarahkan tidak hanya pada aspek tematik yang lebih relevan dengan perkembangan zaman, tetapi juga pada inovasi metodologis yang memperkaya cara pandang akademisi dan pembuat kebijakan dalam memahami serta mengantisipasi fenomena inflasi.

download file pdf disini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *